17 Mar 2011

Tanah Papua Yang Kaya akan Potensi Rumput Lautnya

Rumput laut memiliki 27 marga. Apabila komoditas tersebut diolah lebih lanjut, ia dapat menghasilkan kurang lebih 500 jenis produk komersial. Mulai dari agar-agar, pakan ternak, makanan, obat-obatan, kosmetik, pasta gigi, sampo, kertas, tekstil, hingga minyak pelumas pada pengeboran sumur minyak.

Pemanfaatan rumput laut di Indonesia telah dimulai tahun 1920, tetapi penggunaannya masih terbatas pada obat-obatan dan makanan dengan cara pengolahan yang tradisional. Salah satu khasiat adalah antitumor, menurunkan tekanan darah, dan mengatasi gangguan kelenjar. Itu sebabnya, sebagian kalangan mengklaim rumput laut sebagai “tanaman dewa”.

Seiring dengan kehadiran Departemen Kelautan dan Perikanan, potensi besar rumput laut pun digali dan dikembangkan. Selain mendorong pembudidayaan, instansi ini juga makin giat menggalang penelitian dan pengkajian, mulai dari pembibitan, pemeliharaan, perawatan, produksi, pemasaran, dan pengolahan produk. Termasuk tentang tata cara pemanfaatan, penyuluhan, penggalangan dana bagi petani, dan penjaringan investasi.
Tahun 2003, usaha pembudidayaan rumput laut dilakukan melalui intensifikasi pada areal seluas 17.416 hektar yang tersebar di 18 provinsi. Ketika itu didistribusikan benih atau bibit rumput laut sebanyak 209 ton.

Hingga kini baru sebanyak 20.572 perusahaan skala menengah berinvestasi pada budidaya rumput laut dengan total investasi Rp5,143 triliun. Perusahaan itu paling banyak beroperasi di Papua 9.2940 unit atau Rp 2,323 triliun, Maluku 3.826 unit atau Rp 956,481 miliar, Sulawesi Tengah 1.969 unit atau Rp 492,130 miliar, dan yang paling
sedikit di NTT 19 unit atau Rp 4,630 miliar.

Untuk investasi skala besar, sebanyak 617 perusahaan yang melakukan investasi pada rumput laut dengan total investasi Rp 1,974 triliun. Investasi ini terbanyak di Papua, yakni 279 unit perusahaan senilai Rp 892,267 miliar. Disusul Maluku 115 perusahaan atau Rp 367,289 miliar. Sulawesi Tengah 59 perusahaan atau Rp 188,978 miliar, Nanggroe Aceh Darussalam 58 perusahaan dengan nilai investasi Rp 185,067 miliar. Investasi terkecil terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT), hanya satu perusahaan dengan nilai investasi Rp 1,778 miliar.

Tanah Papua yang kaya akan potensi rumput lautnya, ternyata sangat diminati masyarakat mancanegara karena rumput laut asal negeri Cenderawasih itu dinilai masih murni dari berbagai pencemaran bahan kimia. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Papua, Ir Astiler Maharadja yang kepada ANTARA News di Jayapura, Rabu membenarkan telah menerima permintaan masyarakat mancanegara melalui surat yang dikirim organisasi profesi bidang perekonomian maupun media cetak dan elektronik serta email tentang keinginan membeli rumput laut produksi nelayan di Provinsi Papua.

Negara-negara yang telah menawarkan niatnya membeli rumput laut asal Papua yaitu Jepang, China, Korea, Hongkong, Taiwan, Philipina dan sejumlah negara di Eropa maupun Amerika. Para konsumen asal Asia, Eropa dan Amerika itu mengetahui kalau kualitas rumput laut dari Papua cukup tinggi dan belum dicemari bahan kimia. Sebab, manfaat rumput laut itu untuk agar-agar (bahan makanan), kosmetik, kapsul obat-obatan bagi kesehatan manusia bahkan rumput laut jenis merah dapat dikelola menjadi bahan baku kertas.

Rumput laut jenis merah itu telah dikembangkan di berbagai daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Peluang yang sama akan dikembangkan di Provinsi Papua. Asitler merespons peminat rumput laut asal Papua dan hal itu telah disampaikan pimpinan organisasi profesi perekonomian termasuk pimpinan Kamar Dagang dan Industri daerah (Kadinda) Provinsi Papua agar menangkap peluang pasar ini karena manfaatnya sangat besar demi pengembangan perekonomian dalam negeri khususnya di Provinsi Papua.

Apalagi perairan laut di provinsi ini masih murni dan belum tercemar berbagai bahan kimia. Peluang ini perlu diantisipasi para pelaku ekonomi sekaligus mendorong partisipasi para nelayan dan petani di pesisir pantai membudidayakan rumput laut termasuk rumput laut jenis merah yang telah dikembangkan masyarakat di NTB itu.
Ir.Asitiler mengatakan, pihaknya telah memperjuangkan ke Departemen Keluatan dan Perikanan (DKP) di Jakarta dalam tahun anggaran 2007 melalui APBN mengalokasikan dana sebesar Rp5,3 milyar untuk budidaya rumput laut dan pengembangan keramba ikan jenis Nila.

Dana sebesar Rp 5,3 milyar bantuan APBN DKP itu dengan rincian pengembangan rumput laut di Nabire sebesar Rp 1,5 milyar, budidaya rumput laut laut dan ikan Nila di Kota Jayapura sebesar Rp 1,3 milyar. Pengembangan budidaya ikan nila di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura sebesar Rp 300 juta, budidaya rumput laut di Kabupaten
Biak Numfor Rp 350 juta dan Kabupaten Supiori dengan budidaya rumput laut sebesar Rp 1,3 milyar.

Selain itu, budidaya rumput laut di Kampung Angkaisera, Pulau Meosnum, Pulau Mesopundi, Pulau-Pulau Ambai dan Kampung Kabuena di Kabupaten Yapen memperoleh dana pengembangan sebesar Rp 500 juta.

sumber : bisnisukm.com

0 komentar:

Posting Komentar